Day 2 #GoJapan2013

Tingtong, the flight will be landing in a moment. Wah udah pagi, matahari udah muncul.  Sinar datang dari arah kanan jendela. Kesimpulan, pesawat terbang mengarah ke utara dan agak miring ke timur dikit pengaruh lintang. Ok sip ga penting. Osaka, Kansai International Airport. Abis keluar pesawat kok naik kereta. Hah, ternyata untuk menuju imigration check bukan lagi jalan kaki, ekskalator datar apa itu namanya, tapi kereta cuy. Sekilas biasa aja sih, tapi terbayang seandainya itu ada di Indonesia. Jadi waww kan. Nah itu yang saya pikirkan begitu masuk kereta. Di kereta ketemu orang Indonesia, yang lagi liburan liburan kuliah terus bawa istri dan dua anaknya ke Osaka.
Masuk toilet, ketemu orang Indonesia lagi. Bapak Supratman, lagi S3. Pulang ke Solo untuk ambil data riset. Cerita-cerita banyak hal sambil cuci muka. Pesannya, "belajar terus mas. Dan kalo pulang harus bawa sesuatu, benahin Indonesia." "Baik Bapak, insya Allah." Cek imigrasi, cari tiket bus menuju Shin Osaka station. Pas keluar bandara, Brrrrrr. Ini yang namanya 6° C. Dingin plus sejuk. Untung udah pake longjohn di toilet tadi.

OK, berdua dg ibu Nurhayati. Menyusuri kota Osaka dengan bus. Dan tahukah anda, sekitar 1 jam perjalanan dari bandara satu bis cuma ada 3 penumpang. Lihat kiri kanan, sekilas kota ini mirip Surabaya lah. Kota industi dan ekonomi gitu. Nyampe di Shin Hunskyu Hotel Bus Terminal, turun. Duduk bentar di rest room sambil sarapan roti yang beli di KLIA. Karena makan dan minum di bis dilarang. #Tertibnya kota negeri ini. Dari Shin Hunskyu Hotel jalan kaki ke Shin Osaka Station untuk transit naik kereta. Tapi karena ga tahu jalan, jadinya tanya orang. I see around who people can help me, then i decided to ask a man with tie. Pertama tanya, orang tadi cuma menerangkan arah stasiun dan ke sana lewat mana, dengan bahasa inggris tentunnya. Kalo bahasa jepang saya yang ga ngerti. Kalo bahasa indonesia bapaknya yang ga ngerti, apalagi bahasa jawa, madura. hehe Dan karena kami berdua sedikit bingung, dia mengantar kami dari terminal bis ke stasiun kereta. Masya Allah, itulah kali pertama saya lihat kebaikan hati orang jepang di depan mata. Saya pikir bapak itu begitu sibuk karena ketika berjalan langkahnya sangat lebar dan cepat, namun ternyata bersedia mengantarkan kami berjalan menuju stasiun. OK Sir, thank you very much.



Kami sampai stasiun kereta Shin Osaka sekitar jam 10.00 waktu jepang. Sedangkan acara dimulai jam 12.00 di Hiroshima International Conference Center. Dan, itu beda kota men. Jaraknya sekitar Jogja-Jakarta kali. Tapi gapapa, sudah takdir dapat penerbangan tanggal 22. Saya juga sudah merencanakan untuk naik kereta Shinkansen dari Osaka ke Hiroshima. Yes, Shinkansen. Peoples say that this is the fastest train in the world. Pas booking tiket, hmmm. Mahal juga ya, 2,5x harga bus dengan jarak yang sama. Namun waktu tempuh yang dibutuhkan cuma 1/4xnya, 1,5 jam. Kalo dihitung secara linier harusnya tarifnya 4x lipat, atau waktu tempuhnya 2 jam 45 menit. Ya sudah ga usah terlalu dipikir, rejeki udah ada yang ngatur. Kami naik kereta sekitar jam 10.30. Memang benar kata orang, bisa dibilang ini kereta tercepat. Kalo saya nyebutnya ini peluru kabin. Tanya kenapa? nanti jawabannya. Di dalam kereta saya temui orang-orang berdasi lengkap dengan just (jubah) winternya. Ada pula yang berpakaian biasa. Kebanyakan sibuk dengan laptop atau buku bacaannya, yes they are japanese. 




Waktu mau nge-charge, ternyata colokan jepang beda ma indonesia, beda juga ma malaysia. Dan yang saya bawa adalah electrical converter Malaysia. Lagi-lagi orang di samping menawarkan bantuan. Dia ngasi colokan iPhone-nya (kebetulan sama) dan kemudian saya pakai. Hm, baik bener ni orang jepang. Here nam is Mayu, Kubata Mayu. I've talked with her some some minutes, about where did each to go, where did each from, and each origin, each country. 



12.00 i had been arrived in Hiroshima Station, itulah kenapa saya bilang naik peluru. Cepet banget men melesat. Nanya ke officer, bagaimana cara ke international conference center of Hiroshima. Ternyata ga semua bisa bahasa inggris. Ya saya coba sebisanya plus bahasa isyarat. Alhasil untuk menuju ke sana pakai moda transportasi yang namanya streetcar, orang indonesia banyak nyebut trem. Ya, ini kereta listrik yang cukup pendek dan melintas di rel yang sejajar dengan jalan raya. Di dalam streetcar, ketemu lagi ma orang indonesia. Seorang ibu-ibu setengah baya. Ngakunya orang indonesia, masih WNI, suaminya orang jepang, tinggal di Tokyo, lagi jalan-jalan di Hirsohima bareng saudaranya dari Indonesia. Sekitar 10 menit berlalu, kami turun di halte Dome of Bomb. Ternyata, tempat kami turun 67 tahun yang lalu merupakan titik dimana bom atom Hiroshima jatuh. Tepat di samping halte terdapat monumen bekas gedung yang terkena bom dan sengaja diabadikan. Waktu menunjukkan jam 12.15, then Mrs. Nurhyati said to me, "Fajrun, foto-foto dulu yuk Fajrun." "Oh OK Bu, yook. Toh baru jam 12.1/4." Hehe, lumayan satu menit untuk momen dan obyek yang bagus. This is the most Historical Museum of Japan, Dome of Bomb. 


Jalan kaki akhirnya sampai di gedung yang dituju, International Conference Center of Hiroshima. Ya, gedung ini ada di tengah taman sekaligus situs museum bom atom. Keren banget tempatnya. Bukan gedungnya, tapi situsnya. Tat telak bangunannya, tamannya. Jam 12.30. Berjumpalah saya dengan teman seperjuangan yang berangkat duluan dari Jogja tanggal 20 Jan, mereka berenam, Gerry, Ari, Ipul, Adlan, Erna, dan Ifa. Singgah semalam di KLIA, dan sampai di Kansai 22 pagi. Selang sehari. Mereka udah siap dengan pakaian yang cukup rapi. Dan saya, siap dengan pakaian yang juga rapi, tapi bukan untuk acara resmi. hehe. Seperti biasa, respon mereka berbeda-beda terhadap kedatangan saya. Ada yang kaget, ada yang biasanya. "Loh, jrun, kapan nyampe?" "Ni baru aja nyampe, hehe" Dan perpisahan sejak 20 jan berakhir, saya langsung bergabung bersama mereka. Berkenalan dengan beberapa orang, multibangsa tentunya. Ada juga orang Indonesia yang udah tinggal di Jepang maupun yang sama-sama berangkat dari Indonesia. 


Sorenya kami pulang bareng, menuju Saijo. Sebuah kota kecil sekitar 30-40 km dari Hiroshima. Kota dimana keluarga PPI Hiroshima bermukim, karena kampus Hiroshima University berada di Kota tersebut. Begitu datang, saya langsung disambut dengan ramah. Tapi tidak serasa seperti baru kenal. Bisa jadi karena sama-sama orang indonesia yang sedang berada di negeri orang. Yang pasti, sewaktu masih di Indonesia saya sudah berkomunikasi dengan beliau-beliau lewat facebook.



Masuk apato (apartemen), semuanya sudah perut keroncongan. Gerry masak mie, yang lain nyiapin menu yang lain. Saya buka isi koper, ada beberapa makanan khas Indonesia yang sengaja saya bawa ketika pulang ke rumah. That's why i went later that you all men. "Piye dab, enak to bawaanku?" hehe.. "Enak jrun, ini dendeng ya?" "yoi, makan aja selow." Abis makan, tiga dari kami pindah apato, karena apato sebelumnya tidak cukup untuk dihuni berlima. Aslinya memang apato pribadi yang cuma cukup untuk dihuni satu orang. Semacam kamar kos lah.


This is the end od Day 2, see you in next chapter.

0 comments:

Post a Comment