10 Ciri Khas Pribadi Muslim

Setiap orang memiliki standar hidup masing-masing. Standar yang ia tetapkan untuk dirinya sendiri. Yang berasal dari kesimpulan-kesimpulan perjalanan hidupnya maupun dari lingkungannya. Lingkungan adat, lingkungan masyarakat, bahkan lingkungan agama.
Setiap agama memiliki standar yang harus dimiliki oleh pemeluk-pemeluknya. Islam adalah agama yang meliputi seluruh aspek dalam kehidupan. Berbagai tata cara hidup diatur di dalamnya. 

Dan berikut adalah 10 pribadi yang diinginkan islam untuk dimiliki oleh setiap pemeluknya.


1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih). Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuanNya.

2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar). Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh). Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah SWT maupun dengan makhluk-makhlukNya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.

4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani). Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir). Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas).

6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu). Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan.

7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu). Harishun ala waqtihimerupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.

8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan). Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.

9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri). Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi.

10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain). Nafi’un lighoirihimerupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.

--------------
Dikutip dari: http://blog.sikathabis.com/?page_id=431

Spirit Indonesia Vs Spirit Jepang

Semangat Bushido?
Spirit Jepang kadang diidentikkan dengan semangat bushido, semangat militer Jepang. Samurai yang dilengkapi dengan pedang alias katana panjang yang sangat disiplin, akurat dan berdarah dingin. Banyak yang percaya keberhasilan ekonomi dan perubahaan sosial budaya di zaman Meiji dikarenakan spirit ini. Spirit yang mengubah kehidupan Jepang secara drastis menjadi sebuah negara super moderen dan mumpuni di bidang teknologi.

Masih banyak orang percaya spirit ini terjaga dengan baik dalam kehidupan masyarakat Jepang hingga saat ini. Maka tidak heran, meski kondisi ekonomi Jepang tidak sebaik pada masa tahun ’90-an, tetapi semangat Jepang dalam membangun negaranya masih cukup terasa. Saya akan mengambil beberapa contoh pembangunan fisik di kota megapolitan Tokyo, di mana saya tinggal saat ini. Jangan bandingkan dengan Jakarta yang baru saja “pingsan” karena banjir besar, Tokyo yang sudah dianggap super canggih itu masih saja membangun dan terus membangun.


Pertama, dengan melihat menara Tokyo Sky Tree. Menara ini didirikan dengan semangat inovasi dan teknologi tinggi serta ramah lingkungan dirancang selama hampir 4 tahun dengan detail yang luar biasa. Gedung menara tertinggi Jepang dan dunia ini menjadi bukti dari semangat antara budaya kuno dan multi moderennya. Dirancang selama beberapa tahun dan dibangun pada saat terjadi gempa besar melanda Jepang di tahun 2011. Namun, jadwal jadi menara ini ternyata dua bulan lebih cepat dari jadwal semua. Konsep pembangunan menara ini pun diperhitungkan ala Jepang, matang, akurat dan detail. Konsep yang terintegrasi yang sangat mengedepankan lingkungan (menggunakan daya sumber geotermal), menggunakan dasar dan konsep arsitek tradisional Jepang dan mengembalikan konsep kejayaan “kota lama” di Tokyo. Mempelajari lebih jauh Tokyo Sky Tree, seakan-akan kita akan menemukan semangat bushido yang ditanamkan di dalamnya.

Kedua dengan melihat teknologi kereta api Jepang. Kereta api Jepang yang merupakan moda transportasi utama Jepang merupakan modal dan denyut nadi kehidupan negara dan bangsa Jepang. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur stasiun kereta api mutlak diperlukan dan dibutuhkan. Shinkansen yang merupakan kereta api cepat Jepang telah menjadikan bukti negara ini adalah negara luar biasa. Hayabusa salah satu kereta terbaru Jepang akan disusul jenis-jenis kereta api lainnya. Stasiun Tokyo, yang merupakan stasiun pusat kota Tokyo juga menjadi salah satu sentral perkereta apian di Tokyo juga telah berhasil direnovasi selama kurang lebih empat tahun. Rancang bangunan utama Stasiun Tokyo dikembalikan dengan rancang bangunnya yang asli pada tahun 1914. Hotel Tokyo Stasiun pun kembali direnovasi persis semula bangunan pada tahun 1914 dengan mengumpulkan data dan catatan asli memori para insinyur yang terlibat pada saat itu. Pada tahun 2012 yang lalu gedung ini kembali dibuka dan menjadi bukti “kesaktian” semangat bushido. Pada tahun ini salah satu stasiun utama yang identik dengan si anjing legendaris Jepang, Hachiko juga akan direnovasi besar-besaran dan sudah siap untuk digunakan pada bulan April mendatang.

Melihat pembangunan-pembangunan inovatif dan canggih Jepang ini seakan kita tidak melihat kemunduran ekonomi Jepang. Jepang dipercayai tetap tumbuh karena semangat bushido-nya yang telah tertanam selama berabad-abad.

Padahal kenyataannya kedigdayaan Jepang di bidang ekonomi mulai melemah. Posisinya telah digeser oleh negara tirai bambu, Cina. Dari sisi politik, krisis kepimpinan di negara ini terlihat nyata. Bayangkan di Amerika Serikat dalam masa 5 tahun ini memiliki presiden yang sama, sementara negara Matahari Terbit ini terpaksa memiliki hampir 5 perdana menteri. Meski sistem masih stabil, namun tak pelak lagi sudah mulai politik Jepang mengalami krisis, ditambah dengan generasi muda yang begitu apatis terhadap politik negara ini. Di bidang pendidikan juga terasa mulai tidak semantap dekade sebelumnya. Sebagai catatan, di sekolah negeri Tokyo tiga tahun yang lalu Sabtu merupakan hari libur. Semenjak dua tahun yang lalu, sekolah juga diselenggarakan pada hari Sabtu, meski setengah hari. Dua tahun lalu hanya sebulan sekali dan saat ini dilaksanakan sebulan selama dua kali hari Sabtu, yang konon nanti setiap hari Sabtu pelajar Jepang akan masuk sekolah. Konon, salah satu alasan mengapa hari Sabtu masuk sekolah ini karena ditengarai spirit atau semangat anak-anak Jepang (termasuk kemampuan akademis) yang mulai mengendur.

Saya suka sekali mengamati semangat anak-anak muda Jepang. Mereka memang dididik untuk disiplin di sekolah. Sistem pendidikan Jepang telah merancangnya (menjadi sedimikian) sistematis. Acara lomba olah raga yang, undokai atau festival olah raga di setiap sekolah selalu diselenggarakan setiap tahun dan menjadi satu kegiatan wajib dalam penyelenggaraan pendidikan di Jepang. Latihan yang keras dan disiplin menjadi satu harapan besar dengan acara ini. Belum lagi dengan acara gakugekai atau acara pesta seni selain pameran hasil karya pelajar di sekolah-sekolah negeri yang melibatkan siswa dan guru secara total. Di tingkat perguruan tinggi pertandingan bisbol antar perguruan tinggi serta festival atau matsuri juga menjadi suntikan semangat kebersamaan antar mahasiswa yang didukung oleh seluruh jajaran universitas (sebagai contoh di universitas saya, Keio University, kegiatan ajar mengajar diliburkan pada saat pertandingan bisbol penting atau kegiatan festival budaya (matsuri)).

Semangat disiplin, kebersamaan dan kerja yang tekun memang telah ditanamkaan (dan masih cukup kuat) dan menjadi ciri khas negeri sakura ini. Jadi, terus terang saya pun juga punya keyakinan meski secara kuantitas, jumlah generasi muda merosot drastis dalam dekade terakhir ini di Jepang, tapi dengan semangat kuno bushido Jepang yang sudah tertanam,  konsep spirit ini masih cukup menyala (meski diiringi rasa keprihatinan oleh generasi tua dan menengah ke atas).

Spirit Indonesia
Bagi saya, Indonesia bagaikan negara anomali. Di satu sisi negara ini seakan-akan bagai hancur lebur tapi di sisi lain masih menyimpan potensi dan satu harapan besar yang menunjukkan semangatnya. Negara ini diakui masih berkembang dan tahan banting dari deraan krisis-krisis dalam kondisi mutakhir ini. Meski tidak seperti bushido yang begitu kuat dan stabil, tapi setidaknya melihat generasi mudanya yang sedang bergerak di dalamnya, di negara ini masih menyimpan rasa optimisme yang kuat dan dalam. Kenyataannya, banyak anak muda yang menonjol dan bersedia untuk berbagi rasa harapan optimisme di kalangan masyarakat secara terbuka. Sebut saja seorang tokoh pendidikan Anies Baswedan dengan gerakan Indonesia Mengajarnya, yang diinspirasi oleh duet Soekarno-Hatta dan gerakan KKN-nya UGM oleh bapak almarhum Koesnadi Hardjasoemantri, Merry Riana, seorang milyader muda dengan Merry Riana Foundationnya mencoba menyemangati kaum muda Indonesia, tokoh penggiat sedekah dan pengusaha muda, Ippho Santosa serta ustadz Yusuf Mansur dengan gerakan sedekahnya, untuk membantu sesama. Sastrawan Andrea Hirata atau penggerak budaya dan inspirasi, Andy F Noya, misalnya. Hingga politikus yang sedang naik daun, Jokowi dan Ahok alias Basuki Cahaya Purnama atau bahkan pengusaha muda sukses, Sandiaga Uno adalah contoh tokoh yang perlu kita sebutkan. Merekalah inilah segelintir manusia langka dari bangsa Indonesia yang menebar optimisme dan harapan.
Meski spirit kita tidak seperti budaya bushido yang secara sistematis diajarkan di Jepang, tapi seakan sporadis ini (hehehe). Tapi kita harus secara jujur dan terbuka, masih ada semangat yang tersisa dan menjalar dengan hangat ke pelosok seluruh negeri.

Meski tak pelak lagi negara ini masih saja dilanda kekacauan politik dan didera masalah korupsi, kolusi dan nepotisme yang tidak berkesudahan. Tapi nyatanya saat ini Indonesia menjadi negara yang tidak boleh diremehkan oleh siapa saja. Membaca buku Indonesia Rising terbitan The Australia National University yang diedit oleh Anthony Reid menegaskan hal ini. Negara ini rapuh dan dipertanyakan pertumbuhannya, meski di sisi lain secara statistik, negara ini cukup sehat. Mungkin sebagian dari kita bertanya-tanya, sehatkah negara kita? Negara ini dianggap sehat oleh para analisis karena pertumbuhan kalangan menengah yang pesat, generasi mudanya yang bertumbuh serta, jangan lupa ada indikasi jumlah orang kaya yang bertambah cukup pesat menjadi target pemasaran empuk bagi negara-negara maju dan produsen macam Jepang atau Cina.

Mau tidak mau, meski terlihat aneh, prospek ekonomi dan pembangunan Indonesia dianggap cukup baik. Bahkan di Jepang, Indonesia menjadi pilihan yang cukup baik sebagai negara tujuan investasi. Bahkan pertumbuhan investasi perusahaan Jepang di Indonesia cukup besar. Lihat saja beberapa perusahaan-perusahaan pemain baru (di luar perusahaan elektronik besar dan otomotif yang telah merajalela), yang berkembang pesat, semacam Uniqlo, Seven Eleven atau Rakuten juga sudah melakukan ekspansinya. Hal ini seakan seperti déjà vu zaman toko Jepang di masa pra pendudukan Jepang, sebagian masyarakat Jepang membuka toko Jepang alias usaha retail di Hindia Belanda.  Seakan sejarah ini terulang kembali.

Sebagai akhir dari catatan ini, sudah saatnya bangsa ini sadar akan potensi diri sendiri dengan memupuk spirit yang telah ada. Meski bangsa ini (sering) tidak sadar dengan potensi dan kemampuan yang ada, tapi setidaknya kita semua harus diingatkan bahwa spirit itu harus selalu dinyalakan dan disebarkan. Bukan hanya untuk kaum elit, bukan hanya untuk golongan elit politik dan elit golongan. Tapi spirit Indonesia seutuhnya. Ya, saya yakin itu.

Tokyo 27 Januari 2013

---------------
Pengarang buku "Apakah Mereka Mata-Mata?" yaitu buku mengenai kisah orang-orang Jepang di Indonesia sebelum perang (sebelum 1942). Penulis di beberapa kolom koran dan website. Pengamat sejarah dan budaya. Khususnya wilayah Jepang dan Asia Tenggara. Mencoba untuk belajar apa saja. Saat ini sedang bermukim di Tokyo, Jepang, untuk melanjutkan studi serta mendampingi suami yang sedang ditugaskan di KBRI Tokyo, Jepang

A Fighting Girl

Ini cerita perlu disampaikan spesifik, terpisah dari perjalanan saya tiap hari.
A figthing girl! Yes, i'll talk about you.


30 Jan 2013, setelah melakukan check-in barang di Kansai International Airport, bawaan saya berlebih di ransel. Jadi sebagian saya tukar dengan yang di koper. Dan isi ransel macam-macam mulai dari laptop, booknote, sampai sabun mandi, shampoo, parfum, minyak rambut, dan cairan lainnya. 

OK, selesai check in saya lanjut jalan ke imigration check, tapi sebelum itu, ada check lagi untuk ransel. Karena isinya macem-macem, jadi sama seorang penjaga ditahan. Dengan dialeg Jepang sambil senyum ramah, "Excuse me Sir, may i check your bag first?" "Yes, please." ucap saya dengan senyum.

OK, laptop dikeluarkan. "Is it laptop computer Sir? I'll move it here." "Haik, dozoo." Balas saya bahasa Jepang. hehe.. Dia mengeluarkan laptop dan meletakkannya di kotak berbeda kemudian menyiam ulang keduanya. "Excuse me Sir, what is this?" "Oh this is hair oil,  soap, shampoo, and other bath equipment. And this is parfum" "OK, some of this can't be bought. So i'll throw it." "Haik, dozoo. No problem." Hilanglah parfum, minyak rambut, dan shampoo saya. Mungkin cairan itu melebihi batas atau diduga berbahaya. Namun apa yang saya dapat? 

Sambil diperiksa tadi, di sebuah meja yang bersinggungan dengan pagar lantai, saya dan petugas berdiri di depan meja, ada seorang japanese girl yang baru saja selesai cek ransel kemudian meletakkan ranselnya di meja yang sama dengan ransel saya. Awalnya saya cuma lihat. Kirain mau ngapain, ternyata cuma mau buka tas. Ya sudah saya konsen dengan tas saya lagi. Dia terus mengambil topi dari dalam tasnya. Pas nutup tas, topinya dipake. Dia sambil lihat ke arah depan. Sayapun lihat dia lagi karena memakai topi. Waktu saya mau nunduk lagi untuk berkonsentrasi ma ransel saya sendiri, dia melihat ke arah saya. Merasa ga enak, ya saya sempatkan lihat dia lagi untuk kemudian menundukkan kepala (gaya khas orang Jepang untuk menghormati orang lain). Eh sebelum saya nundukin kepala, dianya senyum sesaat kemudian mengangkat tangan kanannya dan berkata, "Fighting!" Ya sudah ga jadi nunduk deh. Saya balas senyum dia sambil menganggukkan kepala. Sambil tersenyum dia lantas menggendong ranselnya dan berkata "Bye-bye.." sambil menggerak-gerakkan tangannya dan pergi. Dalam hati saya berkata, "Masya Allah, cantiknya orang ini." Ga sampe di situ, udah cantik, murah senyum lagi. hehe

Tapi sayang, ga sempat ngomong lebih lanjut, kenalan, atau mungkin foto bareng. :D Biar jadi bukti cerita. Tapi tak apalah, sepertinya dia kelihatan terburu-buru. Dan, dapatkah anda menebak apa inti yang ingin saya sampaikan dalam cerita ini? Saya punya penilaian spesial terhadap orang jepang secara umum. Pertama, kejadian di Hotel New Hankyu Osaka, seorang pria mengantar saya berjalan dari bus terminal ke shin osaka station. Padahal dari penampilannya, saya menilai dia orang sibuk dan sedang bekerja atau dalam perjalanan ke tempat kerja. Cerita kedua, selama saya di Jepang mulai dari Osaka, Hiroshima, Saijo, Kobe, dan Kyoto, orang-orang yang saya temui atau sapa untuk sekedar bertanya arah suatu tempat maka mereka tak segan untuk menunjukkannya, bahkan sampai mengantarnya, sekalipun dengan keterbatasan bahasa masing-masing. Juga banyak dari mereka yang menawarkan diri untuk memotret saya dan teman-teman ketika ingin berfoto bersama. Sampe nawarin diri lho, tanpa kami minta. Ketiga, ya cerita di Kansai International Airport ini. Tentang seorang gadis cantik yang murah senyum.


  1. Orang jepang adalah orang yang disiplin terhadap waktu. Jelas, itu sudah dikenal dimana-mana dan saya sudah percaya sebelum saya ke sana. 
  2. Orang jepang adalah orang dermawan, tak segan untuk membantu orang lain. Itu yang saya dapat selama di sana. 
  3. Orang jepang adalah orang yang sederhana, itu kelihatan dari rumah mereka dan cara mereka bepergian. Mereka lebih suka menggunakan public transport dan berjalan kaki. Public transport mungkin ada faktor luar yaitu mudah dan bagusnya sistem transportasi negeri itu. Tapi kalau masyarakatnya tak punya kemauan, sebagus apapun public transport tidak akan laku. Jalan kaki mereka sudah bukan level orang Indonesia. Hitungannya bisa berkilo-kilo. Langkah kaki merekapun udah tingkat dewa. Bahkan nenek-nenek sekalipun langkah kakinya setidaknya lebih lebar atau lebih cepat dari kami berjalan. Intinya nenek itu sampai lebih duluan. Ga kebayang kalo kami ke sana saat musim panas. Mungkin belum jalan udah letoy duluan. hehe. 
  4. Orang jepang adalah orang yang murah senyum. Tentunya kalau sedang berinteraksi atau ada percapakan isyarat, seperti saling tatap atau saling lirik. #Bukan maksud yang lain lho ini.
  5. Orang jepang adalah orang yang rendah hati. Dari semuanya no 1 sampai 4, itu merupakan wujud dari sikap rendah hati. Orang rendah hati bukanlah orang yang sombong. Sehingga dia akan selalu disiplin dalam setiap usaha. Suka membantu dan tidak pamer kepemilikan. Efisien dan efektif seperti merupakan pertimbangan utama dalam setiap hal yang dilakukan. Yang akhirnya akan memberikan kenyamanan secara masal. Kalau dibanding-bandingkan, beda jauh dengan orang Indonesia secara umum yang lebih mempertimbangkan kenyamanan dan kepuasan hati. Dan karena selera tiap orang berbeda, maka kenyamanan bersama tidak akan terwujud. Terwujudpun mungkin tidak keseluruhan ataupun tidak berkelanjutan. Dan murah senyum juga merupakan wujud dari sifat rendah hati. Itu tidak untuk diri sendiri, tapi untuk orang lain. Paling mudah, paling cepet, paling hemat keluar tenaga. Tapi membutuhkan hati dan pikiran yang sangat tulus. Agar orang yang diberikan senyum dapat tersentuh dan tidak berpikir yang macam-macam.
Thanks for your sincere smile. And also for your "Fighting!" expression. I will always remember for it.  Setidaknya, kau telah membuka pikiran saya, tentang siapa dan seperti apa orang jepang apa adanya. 

"It Has Been A While, A Sweet Memory"


It has been a while. Kenangan itu bergitu terasa.

Saat semasa aku SMA, itu kenangan terindah dalam hidup. Aku dapat melakukan semua hal dengan baik, proporsional, efektif, efisien, tepat waktu. Semua yang terjadi pun tetap terngiang sampai saat ini.




It has been a while, sudah sekitar 3 tahun yang lalu. Semua dimulai menjelang aku naik ke kelas 3 SMA. Saat itu aku mulai berpikir, jika terus lengah terhadap keadaan, aku tidak akan bisa mencapai setiap impian. Dan setiap langkah yang dilakukan tidak akan optimal. Perlahan aku luangkan banyak waktu untuk merenung, untuk memikirkan apa yang salah dari hal-hal yang telah aku lakukan. Tentunya lingkungan saat itu begitu mendukung, aku hidup di asrama. Di lingkungan yang cukup terjaga. Ada teman-teman seperjuangan dan guru-guru di sekolah yang begitu perhatian dan senantiasa bersedia meluangkan waktunya untuk kami, untuk aku dan teman-temanku.




Perlahan kualitas diri semakin membaik. Dengan diri sendiri aku sudah mulai dapat bernegosiasi. Apa yang aku ingin dan apa yang diri ini butuhkan sering mendapat titik temu, yang berhujung pada, "Yes, i catched it. I made a goal." Hampir di setiap hal yang aku lakukan. Sudah kelas 3, sudah saatnya memikirkan masa depan. Kemana aku akan melanjutkan belajar nanti, mencari pengalaman hidup, dan melanjutkan masa depan. Sudah kelas 3 pula, sudah saatnya aku melepas kesibukan-kesibukan ekstrakulikuler sekolah dan asrama.




Waktu berjalan perlahan dan kadang tak terasa. Seperti semua yang aku pernah pinta terkabul satu-persatu. Entah apa niat Tuhan memberikan aku kualitas hidup yang sangat berharga itu. Hampir setiap jam 3 pagi aku terjaga. Begitu mata terbuka, aku biarkan rebah sejenak, memikirkan dan memutuskan apa saja hal yang akan aku lakukan dalam sehari. Mulai dari beranjak dari tempat tidur, mengambil wudhu, shalat malam, berdzikir, subuh berjemaah di mushala, jam nyantai yang kadang aku isi dengan olahraga - main basket di lapangan sekolah entah sendiri ataupun ada teman atau ngenet di selasar sekolah, mandi pagi, sarapan, sekolah, makan siang, istirahat siang, bimbingan belajar sore, jam nyantai yang biasa aku isi dengan menonton klub sepakbola Persepam berlatih di lapangan depan asrama, mandi sore, shalat magrib di mushalla, makan malam, pengajian dan shalat isya' di mushalla, bimbingan belajar malam, apel rutin, jam belajar, hingga tidur lagi dan bangun esok hari. Semua berjalan rutin dan lancar. Hampir setiap malam ku batasi tidur tidak melebihi jam 11 malam dan bangun tidak melebihi jam 3 pagi. Ku sempatkan pula untuk selalu tidur siang, atau sekedar rebahan bila tak sempat. Semua berjalan rutin, dalam hitungan hari, pekan, bulan, bahkan mendekati hitungan tahun.




Hari-hari berjalan begitu indah. Sampai pada waktu dimana aku harus menutup pintu untuk berlanjut ke pintu yang baru. Tiba waktu untuk menghadapi ujian akhir dan sebentar lagi akan berlanjut ke bangku kuliah. Aku jalani dengan persiapan yang sudah direncanakan. Alhamdulillah semua berjalan baik dan lancar. Tentang ini, sempat aku tulis sebuah puisi di penghujung malam menjelang aku ujian akhir,


Do'aku di malam ini..
by Fajrun Wahidil Muharram on Sunday, 21 March 2010 at 23:24 

Ya Allah, malam ini akan menjadi saksi..
Izinkanlah aku beribadah kepada-Mu, dan melaksanakan perintah-Mu,
izinkan aku menuntut ilmu..

Ya Allah, besok aku akan menghadapi ujian akhir nasional, satu titik ujian dalam perjalanan hidupku. Berilah aku kemudahan menjawab soal demi soal dengan benar. Berikanlah aku ketenangan hati dan pikiran, bukalah hatiku, cerahkanlah pikiranku. Berikanlah aku petunjuk ya Allah. Semoga 26 april nanti aku dinyatakan lulus ya Allah. Bersama teman-teman seperjuangan lainnya..

Ya Allah, aku sadar akan kekurangan dan kelemahanku, aku juga manusia biasa. Ingin merasakan kasih sayang dari-Mu dan dari sesamaku. Namun aku menginginkan jalan yang lebih baik dari ini. Semoga dia mengerti keyakinanku. Ya Tuhanku, berilah aku keteguhan hati..

Ya Allah, aku ingin menggapai mimpiku, menyenangkan hati kedua orang tuaku, membuat bangga guru-guruku karena telah memberikan ilmu-Mu padaku. Dan aku ingin melihat orang-orang di sekitarku dan orang-orang yang mengenalku tersenyum akan keberadaanku..

Ya Tuhan, izinkanlah aku merasakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menuntut ilmu dengan jalan yang ku pilih yang Engkau ridhoi. Menjadi penuntut ilmu dan menjadi penyenang hati bagi orang lain. Berikanlah aku kesempatan..

Ya Allah, malam ini akan menjadi saksi...
Kabulkanlah do’a ini ya Allah.
Amiin... Ya Rabbal 'Alamiin.. 

Ada cerita di kala aku SMA. Ada kenangan manis. Ada luka. Ada bahagia. Ada tawa. Ada cinta. Ada sepi. Ada bergembira. Bersama teman-teman, adik kelas, kakak kelas, guru-guru, Emmak tempat kami makan, warga sekolah, keluarga di rumah, dan tentunya Allah yang memberi itu semua.


Dan masa-masa itu masih terngiang sampai saat ini. Begitu jelas seperti tak akan pernah terlupa. Bukan maksud untuk mengenang masa indah secara berlarut. Namun hanya untuk menyadarkan ingatan bahwa terowongan perjuangan pasti akan berujung dimana cahaya yang terang benderang datang bersinar. Tak ada pilihan selain terus berjalan. Pahit manis perjuangan kadang datang seperti kue lapis, bergantian dan saling mengisi. Namun kita tak tahu seberapa tebal lapisannya, seberapa lama masa indah dan beratnya. 

Dan kisah bahagia tak kan bisa diulang, namun kita dapat membuat kisah bahagia kedua atau kisah yang lebih bahagia lagi. Insya Allah. 

Rencana Umum Tata Ruang Republik Indonesia menurut rancangan Soekarno






Banyak orang yang tidak tahu bahwa Bung Karno adalah salah satu Presiden yang amat mengerti tata ruang kota dan tata ruang wilayah geopolitik. Sebagai seorang Insinyur arsitek dia sendiri sudah mendesain seluruh wilayah Indonesia dengan bagian-bagian pembangunannya, suatu hal yang kemudian menjadi satu bagian dari dokumen Deklarasi Ekonomi Djuanda 1960.



Kebanyakan dari orang-orang yang sinis pada Soekarno menganggap pria yang gila seni ini hanyalah seorang arsitek yang gemar mendesain patung. Lantas hasil karyanya untuk rumah hanyalah beberapa rumah di Bandung yang dia gambar saat ia masih belia dan berkolaborasi dengan Insinyur Rooseno, atau ketika ia baru lulus kuliah THS (skrg ITB) membuat jembatan-jembatan kecil. 



Bahkan secara sarkastis, mahasiswa-mahasiswa anti Sukarno pada 1965 meledek Bung Karno sebagai "Orang Tua Pikun, Patung kok dikira celana" samberan ini meledek soal pidato Sukarno, bahwa patung itu seperti celana, sebagai sebuah kehormatan bangsa. Suatu hal yang di belakang hari ternyata ada benarnya juga karena simbolisasi patung.


Padahal Soekarno adalah pemikir besar, dia mendesain bukan saja patung-patung yang banyak meniru model Eropa Barat dan Timur, dia mendesain pula kota-kota besar masa depan Indonesia. Pada 1958 setelah pengusiran warga Belanda dan pengambilalihan modal-modal Belanda sebagai bagian pernyataan siap perang Indonesia. Ketahuilah bahwa Soekarno sebenarnya sudah merancang Jakarta menjadi sebuah kota tempur.


Sebagaimana kota Singapura di mana seluruh bujur jalannya lurus-lurus dan lebar sekali, sebenarnya itu disiapkan untuk menjadi markas besar atas penguasaan wilayah Asia Tenggara. Bagi Bung Karno stabilitas Asia Tenggara adalah segala-galanya untuk melepaskan Indonesia dari politik ketergantungan modal dan politik invasi wilayah-wilayah produksi di Asia. 



Apa yang ditakutkan Sukarno pernah diucapkan pada Djuanda "Amerika sekarang tak lebih dengan Belanda, mereka tak berminat terhadap kesatuan wilayah, mereka hanya berminat wilayah-wilayah kaya modal, wilayah produktie, inilah yang menyamakan mereka dengan Belanda di tahun 1947 dimana agresi militer mereka dinamakan dengan sandi "Operatie Produktie" alias Aksi Polisionil. Padahal itu agresi terhadap bangsa dan negara yang berdaulat.



Wilayah-wilayah yang jadi prioritas Sukarno setelah siap perang dengan Belanda adalah Irian Barat, merebut Irian Barat dan menjadi satu bagian NKRI adalah satu syarat agar bangsa ini menjadi paling kuat di Asia.



Selain Irian Barat yang menjadi perhatian penting Bung Karno adalah Kalimantan. Awalnya Semaun dari Fraksi PKI di Parlemen sementara (KNIP) yang membawa saran tentang perpindahan ibukota negara. Semaun adalah konseptor atas tatanan ruang kota-kota satelit Sovjet Uni di wilayah Asia Tengah. Gagasan ini kemudian disambut antusias oleh Bung Karno, dan selama satu tahun penuh Bung Karno mempelajari soal Pulau Kalimantan ini. 



Dia lantas berkesimpulan "masa depan dunia adalah pangan, sumber minyak dan air. Pertahanan militer bertumpu pada kekuatan Angkatan Udara"; Suatu hal yang kini menjadi kenyataan di abad 21 saat invasi-invasi besar sekutu barat banyak didukung oleh kekuatan-kekuatan udara baik di Perang Irak, perang Israel-Palestina maupun perang Afghanistan.



Bung Karno membagi dua kekuatan itu besar pertahanan nasional dalam dua garis besar : Pertahanan Laut di Indonesia Timur dengan Biak menjadi pusat armada-nya, suatu hal yang sesuai benar dengan garis geopolitik Jenderal Douglas MacArthur, panglima sekutu pada masa Perang Dunia II ; dan kemudian Pertahanan Udara di Kalimantan. Lalu Bung Karno mencari kota yang tepat untuk menjadi 'Pusat pertahanan Kalimantan' itu.



Lalu pada suatu malam di hadapan beberapa orang anggota Kabinet, Bung Karno dengan intuisinya mengambil mangkok putih di depan peta besar Kalimantan, dia menaruh mangkok itu ke tengah-tengah peta, kemudian Sukarno berkata dengan sorot mata tajam ke arah yang mendengarnya. "Itu Ibukota RI" ujar Bung Karno sembari menunjuk satu peta di tepi sungai Kahayan. 



Lalu Bung Karno menunjuk peta di tepi Sungai Kahayan dan melihat sebuah pasar yang bernama Pasar Pahandut, dan dari Pasar inilah Bung Karno mengatakan "Ibukota RI dimulai dari sini". Salah satu hadirin yang mendengar ucapan Bung Karno itu lantas teringat satu sejarah lama jaman kolonial dulu saat Gubernur Jenderal Daendels di depan Asisten Bupati Sumedang mulai membangun jalan darat Pos Selatan untuk gudang arsenal Hindia-Prancis. Ketika itu Daendels menunjuk satu tempat yang kita kenal sekarang sebagai Bandung. Daendels berkata : "Bandung jadi titik nol wilayah pertahanan Jawa". Dan itu terbukti kemudian.



Lalu Bung Karno menyusun dasar-dasar kota administrasi provinsi dengan dibantu eks Gubernur Jawa Timur RTA Milono, pada saat penyusunan birokrasi itu Bung Karno sedang menyiapkan cetak biru besar tentang rancangan tata ruang negara dari Sabang di Aceh sampai Merauke di Papua. Bung Karno merancang bahwa antara Pulau Sumatera-Jawa dan Jawa-Bali akan dibangun terowongan bawah tanah, karena rawan gempa Bung Karno meningkatkan armada pelabuhan antar pulau yang kapalnya dipesan dari Gdanks-Polandia. 



Tetapi rencana membuat channel seperti di selat Inggris tetap diprioritaskan bahkan menjelang kejatuhannya di tahun 1966 dia bercerita tentang channel bawah tanah yang menghubungkan Pulau Sumatera-Jawa dan Jawa-Bali.



Pusat pelabuhan dagang bukan diletakkan di Jawa, tapi di sepanjang pesisir Sumatera Utara-Kalimantan-Sulawesi, Sukarno mempersiapkan rangkaian pelabuhan yang ia sebut sebagai "Zona Tapal Kuda". Wilayah Jawa dan Bali dijadikan pusat lumbung pangan. 



Kota-kota baru dibangun, pilot project-nya adalah Palangkaraya dan Sampit, setelah itu Jakarta juga dibangun untuk display ruang atau model kota modern, Jakarta tetap dijadikan pusat kota jasa Internasional sementara Palangkaraya menjadi pusat pemerintahan dan pertahanam militer udara, Biak di Irian Barat jadi pertahanan militer laut dan Bandung jadi Pusat Pertahanan militer darat.



Ketahuilah, sebagai kota baru yang dirancang Bung Karno, seluruh jalan Palangkaraya dibuat lurus-lurus dan menuju satu bundaran besar. Bila perang dengan Inggris beneran terjadi maka jalan-jalan itu diperlebar sampai empat belas jalur untuk pendaratan pesawat Mig-21 yang diborong dari Sovjet Uni. Rencana tata kota sampai dengan tahun 1975. 



Rafinerij atau tambang-tambang minyak milik asing akan diambil alih dan dikuasai negara dan uangnya untuk pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan umum. Pembangunan tata ruang kota Palangkaraya diatur amat teliti, sampai sekarang tata ruang kota Palangkaraya paling rapi di Indonesia. 



Visi Sukarno, di tahun 1975 Indonesia akan jadi bangsa terkuat di Asia dan menjadi salah satu negara adikuasa dunia dalam konteks the big five : Amerika Serikat, Inggris, Sovjet Uni dan Jepang.Jepang dan Cina menurut Sukarno masih bisa dibawah Indonesia. Dan Indonesia jadi negara terkuat di Asia dan memimpin tiga zona wilayah bekerjasama dengan India dan Mesir. 



Setelah Bung Karno kalah duluan sama Soeharto dalam penguasaan keadaan saat Gestapu 1965, Bung Karno diinternir, Soeharto amat takut dengan bentuk persebaran kekuatan wilayah, dia lantas bertindak seperti Sunan Amangkurat I yang paranoid terhadap kekuatan pesisir, dia tarik seluruh kekuatan modal dan manusia ke satu pusat yaitu Jawa. Dan hanya Jawa.



Padahal Jawa tadinya disiapkan Soekarno sebagai pulau yang khusus menjadi pusat lumbung pangan negara dan pariwisata nasional, pulau peristirahatan, namun yang terjadi sekarang adalah Jawa menjadi pusat segala-galanya, menjadi pulau paling padat sedunia dan tidak memiliki kenyamanan sebagai sebuah 'surga khatulistiwa' sementara Kalimantan, Sulawesi dan Papua dibiarkan kosong melompong. Dan sama sekali tak terjaga dengan baik. Angkatan Udara dan Armada Laut kita lemah.


Andai saja akademisi kita tidak ikut-ikutan mengotori dirinya seperti comberan mulut para politikus, ada baiknya menggali "rencana-rencana Sukarno" ini ketimbang mengomentari dan mengamati 'para maling main politik' di ibukota politik Jakarta yang kian lama kian sumpek. Mari sejenak menengok ke utara. Ke Palangkaraya. Ke Kalimantan, ibukota Republik masa depan!


Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia 

Day 3 #GoJapan2013

Hari ketiga, tepatnya hari kedua konferensi, adalah hari dimana saya presentasi. Malamnya udah persiapan seadanya. Slide insya Allah siap. Tinggal tidur aja. Capek baru nyampe Jepang. Narik koper berkilo-kilo meter jauhnnya bikin tangan pegel.

Besoknya bangun pagi-pagi, masak mie instan untuk sarapan. Tiba-tiba ada yang ketok pintu, "assalamu'alaikum mas, ini untuk sarapan." Waah baik banget, beliau Bapak Irsyad, anggota PPI Hiroshima yang tinggal di apato sebelah, ngasi bento untuk kita makan siang. Hangatnya kekeluargaan PPI Hiroshima. Berangkat ke kampus, jalan kaki ke Saijo Eki, stasiun kereta menuju arah Hiroshima Station. 

Rush hour, to fix the presentation
Nyampe tempat acara tidak terlalu telat, dan saya siap-siap untuk presentasi. Ternyata presentasinya jam 12.50, tepat setelah makan siang. Ya sudah makan siang dulu. Makan siangnya ada 5 menu yang tersaji dalam kotak dan siap diambil. Baca-baca, cuma menu nomor 5 yang mengandung pork. Untuk alasan kesehatan perintah agama, maaf menu tersebut tidak saya ambil. Bingung milih menu 1 sampai 4, akhirnya saya putuskan ambil menu nomor 2. Berisi makanan khas Jepang yang dipenuhi oleh seafood terutama kerang dan udang. Sambil nyari tempat duduk, saya pilih meja dekat pintu masuk. Di situ ada Bapak Afifi, seorang dosen dari salah satu universitas di Malaysia. Saya memohon ijin duduk dan beliau mempersilahkan. Sambil makan kami berbincang-bincang, aslinya ga baik lho. hehe. tapi gapapa untuk mecairkan suasana dan mencari kenalan. Usut punya usut ternyata beliau jebolan S3 inggris dan membuat karya tentang Suku Minangkabau di acara ini. Terasa kehangatan dua rumpun, tidak seperti di imigration check masuk di KLIA waktu jalan-jalan ramadhan dulu. haha.. Karya beliau tentang suku Minangkabau membuka wawasan bahwa  sebelum inggris dan belanda datang, bangsa Malaysia dan Indonesia dulu jadi satu. Berada di bawah masing-masing kesultanan yang dipimpin oleh kekhalifahan islam dan hidup harmonis dengan kerajaan non-islam di sekitarnya. Namun penjajah mengubah muka kedua bangsa hingga akhirnya berubah jadi dua negara modern berbeda. OK Sir i got your point. Aku dapat kartu namanya, alhamdulillah link nambah lagi.

Jam makan selesai, shalat bentar. Shalatnya tepat di samping pintu toilet, ada tempat yang cukup untuk shalat jamaah. Orang jepang dan orang luar ternyata cukup toleransi dan tidak terlalu terganggu dengan aktifitas shalat kami. Tidak seperti anggapan saya sebelumnya. Selesai shalat, saya langsung masuk ke ruang presentasi. Room 4, 12.50 pm, first presentation with tittled "Integration of Aeromodelling with Geotagging Based on the Geographic Information System as a Disaster Victim Evacuation Strategy". Waktu maju ke depan saya cukup tenang. Membuka presentasi, it was fluently enough. Perlahan kok tiba-tiba grogi ya. Grogi pertama karena bingung nerjemahin kata naik-turun dan terlanjur terucap dengan bahasa indonesia. Kemudian groginya berlanjut sampai presentasi selesai. Ya Allah pertanda apa ini. Ini perasaan yang hampir 6 tahun saya tidak meraskannya lagi. Mungkin karena penontonnya orang baru, tempat presentasinya juga baru. Ibarat peta, skalanya beda. 

Saya sedang mempresentasikan hasil riset saya.

Tapi Alhamdulillah semua berjalan lancar. Dan satu kesimpulan saya petik, "Biarlah gugup saya di ramah internasional dimulai di umur 20 tahun dan selesai saat itu juga." amin. hehe Presentasi kedua membahas tentang pemetaan pratisipatif, di Selandia baru. Namun berbeda dengan partisipatif yang ada di Indonesia, alat yang digunakan iPhone dan tablet lainnya. Sama aja pemetaan oleh tenaga ahli kalo gitu, atau pemetaan dengan alat ahli. hehe.. Menginjak presentasi ketiga, dia kayanya mahasiswa bachelor juga. Atau paling tidak S2, dari Ohio, bahas tentang Haity. Bahasa inggrisnya lancar banget. Jelaslah, dari belum lahir udah pake bahasa inggris. Sebelum presentasi ketiga selesai, saya harus meninggalkan ruangan dan pindah ke ruangan sebelah. Di sana gerry dkk presentasi juga. Sayang sih, kesempatan untuk mendengarkan, sharing wawasan, dan foto-foto harus direlakan. Gapapa. it's no problem. Kesempatan bisa dua kali datang, asal probabilitasnya ditingkatkan. Tapi yang agak sayang, presenter ketiga adalah dari IPB Bogor. Setengah ga enak setengah sayang. Dan ya sudah, saya akhirnya pindah ruangan.

Tim Gerry, Adlan, Erna, dan Ifah sedang mempresentasikan hasil riset mereka.

Di ruangan sebelah, masih ada rekan dari Nepal yang sedang presentasi. Selang beberapa menit, Gerry dkk mendapat giliran maju. Mereka presentasi dengan cukup baik. Kayanya sama deh, gugup itu kerasa. Tapi masing-masing punya gaya berbeda dalam menyikapinya. hehe. Alhamdulillah mereka selesai presentasi. Karena mereka adalah presenter terakhir, jadi setelah itu ada sesi foto bersama. Dan, saya membayangkan seandainya ada di Room 4. Tapi tak mungkin, masa tiba-tiba masuk dan minta/ikutan foto bareng, dengerin aja kagak. Su'udzon merasuk kalbu. Ya sudah tak usahlah, yang penting all is well. Selesai presentasi kami cerita-cerita sejenak. Ada yang ke toilet. Abis itu kami ambil jaket di hanger dan bersiap keluar. Alhamdulillah hari ini berlangsung lancar. Puji syukur atas karunia Allah yang mentakdirkan kami di sini. Mungkin tidak semua dapat merasakannya, sehingga syukur kami harus lebih dari mereka. Sekian cerita hari ketiga, cerita selanjutnya silahkan ditunggu.

Day 2 #GoJapan2013

Tingtong, the flight will be landing in a moment. Wah udah pagi, matahari udah muncul.  Sinar datang dari arah kanan jendela. Kesimpulan, pesawat terbang mengarah ke utara dan agak miring ke timur dikit pengaruh lintang. Ok sip ga penting. Osaka, Kansai International Airport. Abis keluar pesawat kok naik kereta. Hah, ternyata untuk menuju imigration check bukan lagi jalan kaki, ekskalator datar apa itu namanya, tapi kereta cuy. Sekilas biasa aja sih, tapi terbayang seandainya itu ada di Indonesia. Jadi waww kan. Nah itu yang saya pikirkan begitu masuk kereta. Di kereta ketemu orang Indonesia, yang lagi liburan liburan kuliah terus bawa istri dan dua anaknya ke Osaka.
Masuk toilet, ketemu orang Indonesia lagi. Bapak Supratman, lagi S3. Pulang ke Solo untuk ambil data riset. Cerita-cerita banyak hal sambil cuci muka. Pesannya, "belajar terus mas. Dan kalo pulang harus bawa sesuatu, benahin Indonesia." "Baik Bapak, insya Allah." Cek imigrasi, cari tiket bus menuju Shin Osaka station. Pas keluar bandara, Brrrrrr. Ini yang namanya 6° C. Dingin plus sejuk. Untung udah pake longjohn di toilet tadi.

OK, berdua dg ibu Nurhayati. Menyusuri kota Osaka dengan bus. Dan tahukah anda, sekitar 1 jam perjalanan dari bandara satu bis cuma ada 3 penumpang. Lihat kiri kanan, sekilas kota ini mirip Surabaya lah. Kota industi dan ekonomi gitu. Nyampe di Shin Hunskyu Hotel Bus Terminal, turun. Duduk bentar di rest room sambil sarapan roti yang beli di KLIA. Karena makan dan minum di bis dilarang. #Tertibnya kota negeri ini. Dari Shin Hunskyu Hotel jalan kaki ke Shin Osaka Station untuk transit naik kereta. Tapi karena ga tahu jalan, jadinya tanya orang. I see around who people can help me, then i decided to ask a man with tie. Pertama tanya, orang tadi cuma menerangkan arah stasiun dan ke sana lewat mana, dengan bahasa inggris tentunnya. Kalo bahasa jepang saya yang ga ngerti. Kalo bahasa indonesia bapaknya yang ga ngerti, apalagi bahasa jawa, madura. hehe Dan karena kami berdua sedikit bingung, dia mengantar kami dari terminal bis ke stasiun kereta. Masya Allah, itulah kali pertama saya lihat kebaikan hati orang jepang di depan mata. Saya pikir bapak itu begitu sibuk karena ketika berjalan langkahnya sangat lebar dan cepat, namun ternyata bersedia mengantarkan kami berjalan menuju stasiun. OK Sir, thank you very much.



Kami sampai stasiun kereta Shin Osaka sekitar jam 10.00 waktu jepang. Sedangkan acara dimulai jam 12.00 di Hiroshima International Conference Center. Dan, itu beda kota men. Jaraknya sekitar Jogja-Jakarta kali. Tapi gapapa, sudah takdir dapat penerbangan tanggal 22. Saya juga sudah merencanakan untuk naik kereta Shinkansen dari Osaka ke Hiroshima. Yes, Shinkansen. Peoples say that this is the fastest train in the world. Pas booking tiket, hmmm. Mahal juga ya, 2,5x harga bus dengan jarak yang sama. Namun waktu tempuh yang dibutuhkan cuma 1/4xnya, 1,5 jam. Kalo dihitung secara linier harusnya tarifnya 4x lipat, atau waktu tempuhnya 2 jam 45 menit. Ya sudah ga usah terlalu dipikir, rejeki udah ada yang ngatur. Kami naik kereta sekitar jam 10.30. Memang benar kata orang, bisa dibilang ini kereta tercepat. Kalo saya nyebutnya ini peluru kabin. Tanya kenapa? nanti jawabannya. Di dalam kereta saya temui orang-orang berdasi lengkap dengan just (jubah) winternya. Ada pula yang berpakaian biasa. Kebanyakan sibuk dengan laptop atau buku bacaannya, yes they are japanese. 




Waktu mau nge-charge, ternyata colokan jepang beda ma indonesia, beda juga ma malaysia. Dan yang saya bawa adalah electrical converter Malaysia. Lagi-lagi orang di samping menawarkan bantuan. Dia ngasi colokan iPhone-nya (kebetulan sama) dan kemudian saya pakai. Hm, baik bener ni orang jepang. Here nam is Mayu, Kubata Mayu. I've talked with her some some minutes, about where did each to go, where did each from, and each origin, each country. 



12.00 i had been arrived in Hiroshima Station, itulah kenapa saya bilang naik peluru. Cepet banget men melesat. Nanya ke officer, bagaimana cara ke international conference center of Hiroshima. Ternyata ga semua bisa bahasa inggris. Ya saya coba sebisanya plus bahasa isyarat. Alhasil untuk menuju ke sana pakai moda transportasi yang namanya streetcar, orang indonesia banyak nyebut trem. Ya, ini kereta listrik yang cukup pendek dan melintas di rel yang sejajar dengan jalan raya. Di dalam streetcar, ketemu lagi ma orang indonesia. Seorang ibu-ibu setengah baya. Ngakunya orang indonesia, masih WNI, suaminya orang jepang, tinggal di Tokyo, lagi jalan-jalan di Hirsohima bareng saudaranya dari Indonesia. Sekitar 10 menit berlalu, kami turun di halte Dome of Bomb. Ternyata, tempat kami turun 67 tahun yang lalu merupakan titik dimana bom atom Hiroshima jatuh. Tepat di samping halte terdapat monumen bekas gedung yang terkena bom dan sengaja diabadikan. Waktu menunjukkan jam 12.15, then Mrs. Nurhyati said to me, "Fajrun, foto-foto dulu yuk Fajrun." "Oh OK Bu, yook. Toh baru jam 12.1/4." Hehe, lumayan satu menit untuk momen dan obyek yang bagus. This is the most Historical Museum of Japan, Dome of Bomb. 


Jalan kaki akhirnya sampai di gedung yang dituju, International Conference Center of Hiroshima. Ya, gedung ini ada di tengah taman sekaligus situs museum bom atom. Keren banget tempatnya. Bukan gedungnya, tapi situsnya. Tat telak bangunannya, tamannya. Jam 12.30. Berjumpalah saya dengan teman seperjuangan yang berangkat duluan dari Jogja tanggal 20 Jan, mereka berenam, Gerry, Ari, Ipul, Adlan, Erna, dan Ifa. Singgah semalam di KLIA, dan sampai di Kansai 22 pagi. Selang sehari. Mereka udah siap dengan pakaian yang cukup rapi. Dan saya, siap dengan pakaian yang juga rapi, tapi bukan untuk acara resmi. hehe. Seperti biasa, respon mereka berbeda-beda terhadap kedatangan saya. Ada yang kaget, ada yang biasanya. "Loh, jrun, kapan nyampe?" "Ni baru aja nyampe, hehe" Dan perpisahan sejak 20 jan berakhir, saya langsung bergabung bersama mereka. Berkenalan dengan beberapa orang, multibangsa tentunya. Ada juga orang Indonesia yang udah tinggal di Jepang maupun yang sama-sama berangkat dari Indonesia. 


Sorenya kami pulang bareng, menuju Saijo. Sebuah kota kecil sekitar 30-40 km dari Hiroshima. Kota dimana keluarga PPI Hiroshima bermukim, karena kampus Hiroshima University berada di Kota tersebut. Begitu datang, saya langsung disambut dengan ramah. Tapi tidak serasa seperti baru kenal. Bisa jadi karena sama-sama orang indonesia yang sedang berada di negeri orang. Yang pasti, sewaktu masih di Indonesia saya sudah berkomunikasi dengan beliau-beliau lewat facebook.



Masuk apato (apartemen), semuanya sudah perut keroncongan. Gerry masak mie, yang lain nyiapin menu yang lain. Saya buka isi koper, ada beberapa makanan khas Indonesia yang sengaja saya bawa ketika pulang ke rumah. That's why i went later that you all men. "Piye dab, enak to bawaanku?" hehe.. "Enak jrun, ini dendeng ya?" "yoi, makan aja selow." Abis makan, tiga dari kami pindah apato, karena apato sebelumnya tidak cukup untuk dihuni berlima. Aslinya memang apato pribadi yang cuma cukup untuk dihuni satu orang. Semacam kamar kos lah.


This is the end od Day 2, see you in next chapter.