Think Ahead

Sunday, May 18th 2014, at Bungong Jeumpa Resto

Mungkin karena lagi introvert, aku sering melewatkan waktu sendiri. Bukan karena ga ada teman. Tapi karena merasa begini lebih tenang. 

Siang tadi, sengaja ku rencanakan makan siang masakan Aceh yang kaya bumbu, Bungong Jeumpa nama Restonya. Ada empat cabang di Jogja. Tempatnya bersih dan menarik. Cocok untuk melepas penat, meskipun aku ga lagi penat.

Aku pilih menu es timun dan nasi ayam panggang kuah kari plus sambel. Entah kenapa, setiap rindu rumah, pastinya aku akan rindu masakannya, dan aku selalu pergi ke tempat makan yang menunya berasa. Salah satunya ini, karena penuh rempah.

Tak lama pesanan datang. Sambil menyantap, aku teringat keinginan waktu dulu, saat masih SMA, untuk membuat satu tempat makan. Yang aku sempurnakan ide itu di awal kuliah. Madura in Jogja Resto, mungkin itu nama restonya nanti. Karena ingin ku buat di Jogja.

Aku memang suka makan, maksudnya suka merasakan makanan yang beraneka. Kalo adikku di rumah, dia memang suka makan. Kadang sehari bisa lima kali. Makanya gendut. Haha. Dan wanita yang ada di rumahku semua punya keahlian memasak. Ibu dan dua kakak perempuanku semua masakannya enak-enak. 

Nah, dulu aku pernah punya rencana membuat satu rumah makan di sekitar pintu TOL Suramadu bagian Madura dengan menu seafood khas Madura. Tujuannya adalah untuk mempromosikan kuliner khas Madura. Pemilihan lokasi di sana adalah agar bisa meningkatkan devisa lokal, menambah obyek wisata di Madura, dan membuka kesempatan lebih lebar bagi masyarakat Madura untuk mencari perkerjaan, di semua bagian, mulai dari tukang parkir, waiter/waitress, chef, manager, bahkan mungkin nanti pemegang saham jika usaha terus berkembang, dan tentunya profit sebagai tujuan dari sebuah bisnis.

Sambil menikmati es timun, imajiiku berjalan. Kenapa tidak aku seriuskan saja rencana itu. Toh juga komponen-komponen penyusunnya sudah ada, tinggal dirangkai dan diuji coba, dan tentunya menentukan waktu yang tepat dari keadaan yang ada.

Bukankah delapan dari sepuluh pintu rezeki itu ada di perniagaan? Dan kuliner (masakan/pangan) adalah satu dari tiga kebutuhan dasar manusia? Dua pernyataan itu cukup sudah bisa menjadi pijakan dalam memulai usaha. Tambah disempurnakan dengan konsep interior yang menarik, manajemen yang bagus, lengkap sudah. Toh koneksi juga sudah ada, modal insyaAllah ada dan bisa ditambah. Tinggal jalan aja.

Dan tentang MiJ (Madura in Jogja) Resto, dulu aku sudah merancang konsepnya. Bisa dibilang matang. Tinggal diperinci ke teknisnya. Namun ternyata, ada yang sudah mengawali setahun setelah ide itu aku rancang. Dia adalah kakak kelasku semasa SMP, sekalipun selisih sepuluh tahun. Itu semua kebetulan menurutku. Meskipun pastinya adalah takdir. Dia membuat sebuah resto bernama Mr. Teto, singkatan dari Madura Sate dan Soto. Ia hadir dengan pelayanan tambahan yaitu delivery dan manajemen yang modern, lengkap dengan adanya CSR, meskipun masih tergolong kecil. Namun prospek usahanya sudah terlihat bagus. Itu karena beliau menggunakan branding dalam usahanya. Sebuah strategi baru dalam bisnis kuliner sate. Dan itu adalah yang pertama yang aku tahu. Baru di tahun kedua, beliau sudah membuat cabang.

Tapi aku tak berkecil hati. Mr. Teto memang sama dengan ide yang pernah aku dapat. Tapi konsep yang aku buat lebih dari sekedar Mr. Teto saat ini. Menunya lebih bervariasi dan konsep restonya juga lebih kompleks. Sementara ide ini memang masih aku simpan. Aku tak tahu, apakah dalam perjalanannya Mr. Teto akan semakin mirip dengan MiJ atau masih ada beda.

Yang jelas, ku pastikan itu tak akan menjadi masalah di kemudian hari. Bisa jadi, jika MiJ telah lahir, Mr. Teto dan MiJ akan merged, bisa jadi keduanya akan berdampingan serasi. Yang pasti tujuan keduanya sama. Seperti yang ku sebut di atas.

Dan tiba-tiba, ayam panggang bumbu kari plus sambel telah habis aku santap. Begitu juga dengan es timunnya. Aku bergegas ke kasir, kemudian pergi ke perpus kota.

Sekian dulu, sebuah curahan pikiran.