Pernahkah kita mendengar istilah Personal Social Responsibility? Dan apa bedanya dengan Corporate Social Responsibility (CSR)? Secara sederhana, keduanya berada pada satu frame yang sama, yaitu social responsibility (tanggung jawab sosial). Lalu dimanakah letak perbedaannya? Mari kita bahas di sini.
Menurut laman businessdictionary.com, "Social responsibility is the obligation of an organisation's management towards the welfare and interests of the society in which it operates" (Tanggung jawab sosial merupakan kewajiban dari suatu manajemen organisasi terhadap kesejahteraan and perhatian masyarakat dimana dia beroperasi). Sedangkan menurut laman investopedia.com, "Social responsibility is the idea that business should balance profit-making activities with activities that benefit society; it involves developing business with a positive relationship to the society in which they operate" (Tanggung jawab sosial merupakan ide bahwa bisnis seharusnya menyeimbangkan kegiatan yang menghasilkan profit dengan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat; ini melibatkan pengembangan bisnis dengan hubungan positif kepada masyarakat dimana mereka beroperasi).
Ada dua hal yang sama-sama disinggung dari kedua definisi tersebut, yaitu society 's welfare, interest, and benefit (masyarakat dalam konteks kesejahteraan) dan in which they operate (dimana mereka beroperasi). Kemudian jika kita tarik sebuah kesimpulan sederhana, corporate social responsibility adalah sebuah tanggung jawab dari suatu perusahaan dalam melakukan aktivitas yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat dimana perusahaan tersebut berada. Lalu bagaimanakah dengan personal social responsibility? Apa defisininya? Dan bagaimana pula hubungannya dengan CSR?
Tidak jauh berbeda, personal social responsibility (PSR) dapat diartikan sebagai tanggung jawab personal seseorang yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dimana dia tinggal, dibesarkan, atau dilahirkan. Itu definisi pribadi dari saya. Saya pun mencoba mencari beberapa referensi tentang ini, dan ternyata istilah serupa sudah pula digunakan oleh orang lain beserta definisinya. Dalam beberapa sumber, istilah lain yang digunakan untuk merujuk pada maksud yang sama adalah individual social responsibility (ISR).
Dalam sebuah laman pribadi arvinddevalia.com, Ia memberikan sebuah defisini yaitu "Personal social responsibility is all about doing to others what you would like others do to you. It is about recognizing how your behaviour affects others, and holding yourself accountable for your actions (Tanggung jawab personal adalah tentang melakukan semua hal kepada orang lain yang kamu ingin orang lain melakukannya padamu. Ini tentang mengenali bagaimana sikapmu memengaruhi orang lain, dan memastikan dirimu bertanggung jawab atas tindakanmu). Sedangkan, dengan menggunakan terminologi ISR, Anuptiwari dalam laman slideshare.net/anuptiwari memberikan definisi berikut, "Individual social responsibility is about an individual becoming responsible in his/her actions that have affect on communities outside his/her immediate circle. The Immediate circle being family and friends" (Tanggung jawab individu adalah tentang perilaku seseorang yang berdampak pada masyarakat di luar lingkaran dekatnya. Lingkaran dekat adalah keluarga dan teman).
Sebenarnya, personal social responsibility ini merupakan sebuah istilah yang keluar begitu saja dari nalar pribadi saya. Boleh dikata ini hasil dari sebuah kontemplasi sederhana, boleh pula dianggap sebagai sebuah kesimpulan dari nalar logika. Istilah ini muncul selepas S1, ketika saya mulai sering pulang-pergi rumah-rantau, antara Madura, Jogja, dan Jakarta. Selama kuliah dulu, saya kerap terlibat dalam beberapa kegiatan yang menyangkut kesejahteraan masyarakat, baik itu penelitian, pengabdian, ataupun kolaborasi keduanya. Namun, dari semuanya, sangat sedikit yang berhubungan langsung dengan daerah kelahiran saya sendiri. Dari semua kegiatan yang saya lakukan tersebut, hanya satu yang berlokasi di Pulau Madura, itu pun terletak di Kabupaten Bangkalan, bukan tempat saya dilahirkan. Itu pun saya terlibat hanya pada tahap initial observation (observasi awal) dalam menyusun program pengabdian masyarakat berbasis riset. Selebihnya, saya tidak dapat berperan lebih banyak karena saat itu memang sudah ada beberapa kegiatan lain yang lebih dulu diemban.
Lalu setelah itu, saya mencoba untuk membuka mata lebih lebar, mengobservasi, dan mencari ide untuk dapat membuat sesuatu yang cukup sederhana dan paling mungkin untuk dilakukan saat ini, dan tentu dapat bermanfaat untuk banyak orang. Dalam beberapa kali kesempatan pulang, saya mencoba memikirkan hal apa saja yang dapat saya lalukan di sini, di tempat saya dilahirkan, dalam lingkup yang paling kecil.
Dan di satu waktu, saat santai sore hari di bulan Agustus lalu, bibi saya meminta tolong untuk mengantarkan dua buah tumpeng untuk mengikuti lomba kuliner dalam rangka HUT 17 Agustus ke kantor kecamatan. Kebetulan sore itu pula Bapak Camat sedang bersantai di kantornya, saya pun sempat bersalaman dengannya. Sambil menunggu, saya berkeliling pendopo kantor camat dan tetiba melihat suatu gambar tertampang yang bagi saya cukup mengiris hati. Dengan detil yang agak sedikit saya lupa, gambar itu berjudul 'Peta Kecamatan Tambelangan' dengan kondisi lusuh, warna sudah mulai pudar, dan tidak cukup informatif dalam menyajikan sebuah informasi dasar secara spasial.
Lalu hati ini berbenak, "Saya ini lulusan Geografi, berkonstrasi pada ilmu pemetaan, dan telah menghabiskan waktu lima tahun untuk mempelajari bagaimana fenomena-fenomena di atas bumi ditampilkan dalam sebuah gambar secara sederhana agar dapat dengan mudah dipahami manusia." Pikiran saya pun ikut menimpal, "Saya sudah pernah memperbarui Peta Rupabumi Indonesia di Kabupaten Ponorogo, sempat pula memetakan potensi daerah tangkapan ikan di perairan utara Pulau Bali, pernah belajar memetakan permukaan dasar laut di Selat Sunda bersama TNI AL, pun telah memetakan satu pulau kecil bernama Jefman di Raja Ampat, Papua. Apa jadinya jika saya tidak bisa memberi apa-apa pada daerah saya sendiri?"
Baiklah, ini misi pertama saya, membuat Peta Administrasi Kecamatan Tambelangan. Di waktu senggang bulan Oktober lalu, saya pun mencoba membuatnya. Agak susah memang, karena peta ini memiliki kedetilan sampai tingkat desa, tapi tak sesulit saat di Raja Ampat dahulu. Dan saat ke Jogja awal November kemarin, saya cetak peta tersebut dalam kualitas yang menurut saya paling baik, bisa bertahan di luar ruang dalam waktu lama dengan kondisi cuaca Indonesia.
Sekembalinya dari Jogja, siang tadi, saya berkunjung kembali ke kantor kecamatan dan menemui Bapak Camat secara langsung. Kebelutan saat itu, Bapak Kapolsek dan Bapak Danramil sedang berada satu ruang dengan beliau. Dan terjadi percapakan singkat:
Saya: "Assalamu'alaikum, permisi, Pak."
Pak Camat: "Wa'alaikumussalam. Mari mas, silakan duduk. Ada apa ya?"
Saya: "Ini, Pak. Saya mau memberikan ini untuk kecamatan."
Pak Camat: "Apa ini mas?"
Saya: "Silakan Bapak buka sendiri."
Penyerahan Peta Administrasi Kecamatan Tambelangan kepada Bapak Camat Tambelangan. |
Pak Camat: "Wah, bagus ini mas. Nanti bisa kita bingkai dan pajang."
Saya: "Iya, Bapak, ini Peta Kecamatan Tambelangan. Saya harap ini bisa bermanfaat buat semua masyakarat Tambelangan."
Sambil ikut memerhatikan, Pak Kapolsek bertanya: "Ini buatnya pakai apa mas?"
Saya: "Sudah pakai software, Pak. Jadi tidak lagi manual seperti jaman-jaman dahulu."
Dari sudut ruang berbeda Pak Danramil memerhatikan setiap bagian peta sambil berkata, "Skala 1:15.000."
Pak Camat: "Iya mas. Terima kasih banyak. Untuk sementara, nanti peta ini disimpan di sini. Kalau pembangungan pendopo baru sudah selesai, peta ini bisa kita pajang di luar."
Saya: "Iya, Pak. Begitu juga harapan saya."
Pak Camat: "Mas ini dari mana?"
Saya: "Saya asli sini, Pak. Putra Bapak Rifa'i. Tapi saya sudah beberapa tahun merantau. Jadi tidak begitu sering ada di rumah sendiri."
Percakapan singkat pun berlanjut. Dan sebagai penutup, kami pun mengabadikan momen tersebut.
Foto Bersama Kepala SKPD Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang. Dari kiri: Kalpolsek, Danramil, Camat, dan saya. |
Inilah personal social responsibility yang saya maksud. Dan baru karya inilah yang bisa saya berikan pada tempat lahir saya.
Teringat saya pada sebuah penggalan puisi karya W. S. Rendra, bertajuk Sajak Seonggok Jagung,
"Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja, jika pada akhirnya, ketika ia pulang ke daerahnya, ia berkata: Di sini aku merasa asing dan sepi!"Juga pada sebuah sabda dari manusia terbaik yang pernah ada di muka bumi ini,
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama."
maaf.mau tanya ya, apa sama maksudnya dengan professional responsibility?
ReplyDelete