A figthing girl! Yes, i'll talk about you.
30 Jan 2013, setelah melakukan check-in barang di Kansai International Airport, bawaan saya berlebih di ransel. Jadi sebagian saya tukar dengan yang di koper. Dan isi ransel macam-macam mulai dari laptop, booknote, sampai sabun mandi, shampoo, parfum, minyak rambut, dan cairan lainnya.
OK, selesai check in saya lanjut jalan ke imigration check, tapi sebelum itu, ada check lagi untuk ransel. Karena isinya macem-macem, jadi sama seorang penjaga ditahan. Dengan dialeg Jepang sambil senyum ramah, "Excuse me Sir, may i check your bag first?" "Yes, please." ucap saya dengan senyum.
OK, laptop dikeluarkan. "Is it laptop computer Sir? I'll move it here." "Haik, dozoo." Balas saya bahasa Jepang. hehe.. Dia mengeluarkan laptop dan meletakkannya di kotak berbeda kemudian menyiam ulang keduanya. "Excuse me Sir, what is this?" "Oh this is hair oil, soap, shampoo, and other bath equipment. And this is parfum" "OK, some of this can't be bought. So i'll throw it." "Haik, dozoo. No problem." Hilanglah parfum, minyak rambut, dan shampoo saya. Mungkin cairan itu melebihi batas atau diduga berbahaya. Namun apa yang saya dapat?
Sambil diperiksa tadi, di sebuah meja yang bersinggungan dengan pagar lantai, saya dan petugas berdiri di depan meja, ada seorang japanese girl yang baru saja selesai cek ransel kemudian meletakkan ranselnya di meja yang sama dengan ransel saya. Awalnya saya cuma lihat. Kirain mau ngapain, ternyata cuma mau buka tas. Ya sudah saya konsen dengan tas saya lagi. Dia terus mengambil topi dari dalam tasnya. Pas nutup tas, topinya dipake. Dia sambil lihat ke arah depan. Sayapun lihat dia lagi karena memakai topi. Waktu saya mau nunduk lagi untuk berkonsentrasi ma ransel saya sendiri, dia melihat ke arah saya. Merasa ga enak, ya saya sempatkan lihat dia lagi untuk kemudian menundukkan kepala (gaya khas orang Jepang untuk menghormati orang lain). Eh sebelum saya nundukin kepala, dianya senyum sesaat kemudian mengangkat tangan kanannya dan berkata, "Fighting!" Ya sudah ga jadi nunduk deh. Saya balas senyum dia sambil menganggukkan kepala. Sambil tersenyum dia lantas menggendong ranselnya dan berkata "Bye-bye.." sambil menggerak-gerakkan tangannya dan pergi.
Tapi sayang, ga sempat ngomong lebih lanjut, kenalan, atau mungkin foto bareng. :D Biar jadi bukti cerita. Tapi tak apalah, sepertinya dia kelihatan terburu-buru. Dan, dapatkah anda menebak apa inti yang ingin saya sampaikan dalam cerita ini? Saya punya penilaian spesial terhadap orang jepang secara umum. Pertama, kejadian di Hotel New Hankyu Osaka, seorang pria mengantar saya berjalan dari bus terminal ke shin osaka station. Padahal dari penampilannya, saya menilai dia orang sibuk dan sedang bekerja atau dalam perjalanan ke tempat kerja. Cerita kedua, selama saya di Jepang mulai dari Osaka, Hiroshima, Saijo, Kobe, dan Kyoto, orang-orang yang saya temui atau sapa untuk sekedar bertanya arah suatu tempat maka mereka tak segan untuk menunjukkannya, bahkan sampai mengantarnya, sekalipun dengan keterbatasan bahasa masing-masing. Juga banyak dari mereka yang menawarkan diri untuk memotret saya dan teman-teman ketika ingin berfoto bersama. Sampe nawarin diri lho, tanpa kami minta. Ketiga, ya cerita di Kansai International Airport ini.
- Orang jepang adalah orang yang disiplin terhadap waktu. Jelas, itu sudah dikenal dimana-mana dan saya sudah percaya sebelum saya ke sana.
- Orang jepang adalah orang dermawan, tak segan untuk membantu orang lain. Itu yang saya dapat selama di sana.
- Orang jepang adalah orang yang sederhana, itu kelihatan dari rumah mereka dan cara mereka bepergian. Mereka lebih suka menggunakan public transport dan berjalan kaki. Public transport mungkin ada faktor luar yaitu mudah dan bagusnya sistem transportasi negeri itu. Tapi kalau masyarakatnya tak punya kemauan, sebagus apapun public transport tidak akan laku. Jalan kaki mereka sudah bukan level orang Indonesia. Hitungannya bisa berkilo-kilo. Langkah kaki merekapun udah tingkat dewa. Bahkan nenek-nenek sekalipun langkah kakinya setidaknya lebih lebar atau lebih cepat dari kami berjalan. Intinya nenek itu sampai lebih duluan. Ga kebayang kalo kami ke sana saat musim panas. Mungkin belum jalan udah letoy duluan. hehe.
- Orang jepang adalah orang yang murah senyum. Tentunya kalau sedang berinteraksi atau ada percapakan isyarat, seperti saling tatap atau saling lirik. #Bukan maksud yang lain lho ini.
- Orang jepang adalah orang yang rendah hati. Dari semuanya no 1 sampai 4, itu merupakan wujud dari sikap rendah hati. Orang rendah hati bukanlah orang yang sombong. Sehingga dia akan selalu disiplin dalam setiap usaha. Suka membantu dan tidak pamer kepemilikan. Efisien dan efektif seperti merupakan pertimbangan utama dalam setiap hal yang dilakukan. Yang akhirnya akan memberikan kenyamanan secara masal. Kalau dibanding-bandingkan, beda jauh dengan orang Indonesia secara umum yang lebih mempertimbangkan kenyamanan dan kepuasan hati. Dan karena selera tiap orang berbeda, maka kenyamanan bersama tidak akan terwujud. Terwujudpun mungkin tidak keseluruhan ataupun tidak berkelanjutan. Dan murah senyum juga merupakan wujud dari sifat rendah hati. Itu tidak untuk diri sendiri, tapi untuk orang lain. Paling mudah, paling cepet, paling hemat keluar tenaga. Tapi membutuhkan hati dan pikiran yang sangat tulus. Agar orang yang diberikan senyum dapat tersentuh dan tidak berpikir yang macam-macam.
Thanks for your sincere smile. And also for your "Fighting!" expression. I will always remember for it. Setidaknya, kau telah membuka pikiran saya, tentang siapa dan seperti apa orang jepang apa adanya.
0 comments:
Post a Comment