Ini cerita tentang pernikahan, tapi pernikahan orang lain, bukan pernikahan sendiri.
Malam ini aku pulang, 19 Juni 2014. Bukan untuk menyambut bulan puasa, sekalipun sudah H-10. Apalagi untuk Pilpres, karena masih bulan depan. Temanku akan menikah, Ayu namanya. Dia teman SMA; keluarga keduaku di dunia. Ya, karena kami bertiga puluh dua tak terpisah selama 3 tahun.
Besok, jum'at 20 Juni 2014 ia akan melangsungkan pernikahan. Ini pernikahan kedua dari teman-teman Genetika (nama kelas dan angkatan SMAku). Sebelumnya Asrul yang memecahkan telur, ia yang pertama menikah di antara kami. Namun sayang aku tak bisa hadir. Bukan karena aku terlalu sibuk dengan kegiatanku di Jogja, melainkan karena ada hal lain yang harus aku utamakan.
Di waktu yang sama dengan pernikahan Asrul, orang tuaku berangkat haji. Tak mungkin aku memilih pergi ke Sumenep dan menghadirinya. Sementara semua keluarga besar, termasuk yang di Sumenep pergi ke Sampang untuk mengantar orang tuaku berangkat haji. Terpaksalah aku tak hadir, meskipun saat itu aku di Madura. Itu kepulangan tersingkat sepertinya. Tak Sampai 24 jam di rumah.
Kembali ke pernikahan Ayu. Ia dan mereka (Genetika yang lain) telah aku anggap keluarga kedua. Susah senang yang pernah kita semua lewati, masih belum terganti hingga kini. Wajar kalau aku niatkan untuk pulang. Meskipun sempat ibuku tanya, kenapa pulangnya singkat (dua hari saja), dan langsung akan kembali lagi ke Jogja. Aku jawab saja terus terang, aku mau hadir ke undangan pernikahan teman SMA-ku. Selain itu ya memang ingin pulang, tapi tak lama.
Entah, melihat teman bahagia. Rasanya akan ikut berbahagia pula diri ini. Aku memang belum tahu rasanya. Tapi pernikahan adalah salah satu perpindahan fase hidup seseorang. Dari seorang anak dalam satu keluarga, menjadi seorang anak dalam dua keluarga. Dari yang menanggung tanggung jawab hidup sendiri, menjadi menanggung hidup berdua. Ah sudahlah, aku belum saatnya tahu itu lebih banyak. Haha.. Nanti waktunya kan tiba, pasti! Tinggal kita berusaha untuk mempermudah semuanya.
Aku ingin ada di hari kebahagiaan temanku. Agar nanti di hariku bahagia, mereka juga ada. Itu saja alasannya. Sederhana. Walau kali ini tak semuanya (32 orang) bisa datang, tak apa. Perwakilan menandakan kepedulian itu masih ada.
Semoga kamu bahagia, Ayu. Maaf untukmu, Asrul. Maaf juga untuk kalian berdua, piala bergilir yang direncakan sejak SMA dulu belum sempat terealisasi. Mungkin nanti untuk urutan ketiga dari kita yang akan mendapatkannya kali pertama. Tapi tetap dengan persetujuan kalian. Haha
I love you all, Genetika.