Mengajarkan ilmu adalah ibadah dunia akhirat, itulah yang menjadi prinsip hidup bagi beliau. Mohammad Hodri, adalah seorang guru agama islam di SMA Negeri 3 Pamekasan, sebuah sekolah favorit di pulau Madura, tempat saya pernah menimba ilmu. Beliau adalah sosok guru yang sederhana, dengan perawakan yang sudah akan lanjut usia.
Beliau mengajarkan kepada saya dan teman-teman bahwa islam bukan hanya keyakinan untuk shalat, dzikir, dan do’a. Namun islam adalah agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Beliau mengajarkan bagaimana kita dapat menerapkan islam dalam kehidupan, bagaimana kita menjalani keseharian dengan menerapkan apa yang Rasulullah Muhammad ajarkan. Beliau mengajarkan bagaimana menerapkan sifat ikhlas, sabar, dan tawakkal kepada Allah, terutama dalam keseharian kami sebagai penuntut ilmu.
Beliau hanya lulusan sarjana di IAIN Malang, Jawa Timur. Walaupun demikian, itu tak membuat saya meremehkan kemampuan beliau atau menganggap beliau seperti orang kebanyakan. Beliau memiliki tiga orang anak, dua putra dan satu putri yang ketiganya sudah dewasa dan ada yang sudah berkeluarga. Satu putra beliau lulusan Al Azhar Cairo, Mesir. Putra yang satunya lagi sedang menempuh studi S2 di Madinah setelah lulus dari Universitas Indonesia. Sedangkan putri beliau bekerja di pengadilan agama walapun lulusan perguruan tinggi swasta.
Beliau sendiri selain menjadi guru, juga menjadi ustadz yang sering diundang mengisi pengajian di berbagai tempat. Dan yang paling sering mengundang beliau adalah Kepolisian Resort kabupaten setempat untuk mengisi pengajian rutin di tiap pekan. Beliau juga menjadi wali sepuh di acara walimah. Pribadi itulah yang membuat saya sangat mengagumi beliau.
Sebagai seorang guru, beliau mengajar saya di setiap jam pelajaran agama dan pada saat pengajian rutin di mushala sekolah yang dilaksanakan setiap jum’at malam. Disamping tauhid dan fiqh, beliau mengajarkan nilai-nilai islam yang harus diterapkan, bagaimana pengertiannya, seperti apa contohnya (yang dicontohkan Rasulullah SAW), dan bagaimana kejadian-kejadian di masyarakat yang bisa dijadikan contoh.
Ikhlas dan tawakkal, itulah nilai-nilai islam yang sangat beliau tekankan kepada kami. Beliau mengajarkan bahwa apa yang sering kita idam-idamkan tidak selalu menjadi yang terbaik, dan bisa saja hal tersebut bertentangan dengan kehendak Allah. “Yang penting adalah berusaha dan berdo’a, selanjutnya serahkan semua pada sang pencipta.”, itulah kata-kata beliau yang saya ingat.
Setahun lalu, saat saya akan meninggalkan bangku SMA dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, saya berniat menjadi seorang arsitek. Niat tersebut sudah bulat, dengan belajar dan berdo’a termasuk juga tahajjud dan dhuha saya panjatkan setiap hari. Saat hendak memilih pilihan jurusan pada pendaftaran Ujian Masuk UGM, saya berniat memilih Arsitektur pada urutan pertama, sedang urutan dua dan tiga saya niatkan mengosonginya. Namun, saat melihat buku panduan, ada pilihan jurusan yang membuat saya tertarik, yaitu Kartografi dan Penginderaan Jauh. Kemudian saya tempatkan jurusan tersebut di pilihan kedua di formulir pendaftaran.
Waktu terus berjalan, jadwal ujian masuk UGM sudah datang, saya laksanakan dengan hati yang tenang dan berharap keinginan saya Allah kabulkan. Selang beberapa hari setelah ujian masuk, hasil sudah dikeluarkan. Pengumuman peserta yang lolos sudah dimuat di situs UGM dan beberapa koran harian di Jogja. saya lihat nama saya di situs, alhamdulillah saya lolos di pilihan kedua. Saya bersyukur, masa depan sudah sedikit terlihat, tetapi di hati sepertinya ada yang berganjal. Namun rasa itu saya abaikan.
Saya ungkapkan kebahagiaan saya kepada keluarga di rumah, teman-teman dan guru-guru di sekolah. Sembari saya datang ke Pak Hodri dan berterus terang, “Alhamdulillah, Pak. Saya sudah dapat tempat kuliah. Namun sepertinya ada yang kurang. Mungkin karena ini bukan pilihan pertama saya.” Lantas beliau menjawab, “Tidak apa-apa, itu kan sudah usaha. Siapa tahu itu yang terbaik dari Allah untuk masa depan kamu.”
Kalimat beliau tersebut saya hayati, berharap itu akan benar adanya. Dan sepertinya memang benar, itu yang mungkin terbaik bagi saya. Karena awalnya saya berniat untuk mengikuti ujian masuk di perguruan tinggi lainnya, namun ada hal yang membuat saya tidak bisa. Dan pilihan kedua yang saya dapatkan tersebut mungkin sebuah petunjuk dari Allah.
Saya berharap suatu saat nanti kenyataannya memang seperti itu, sesuai dengan yang beliau ucapkan, “ Itulah yang terbaik dari Allah ”. Aamiin.
-Semua tulisan di atas adalah sesuai ingatan saya, kalau ada yang salah khususnya menyangkut beliau, mohon dikoreksi. Thanks for reading-